Dorong Energi Bersih Berbasis Batu Bara, Kementerian ESDM Percepat Teknologi Rendah Karbon Demi Wujudkan Transisi Energi ASEAN

Kamis, 08 Mei 2025 | 08:38:47 WIB
Dorong Energi Bersih Berbasis Batu Bara, Kementerian ESDM Percepat Teknologi Rendah Karbon Demi Wujudkan Transisi Energi ASEAN

JAKARTA — Indonesia terus menegaskan posisinya sebagai salah satu negara utama penopang energi kawasan ASEAN melalui pemanfaatan batu bara. Namun, komitmen terhadap penurunan emisi karbon membuat pemerintah mengambil langkah strategis dengan mempercepat penerapan teknologi bersih di sektor batu bara. Langkah ini diambil untuk menyelaraskan kebutuhan energi nasional dengan target jangka panjang menuju masa depan energi yang rendah karbon.

Komitmen tersebut disampaikan dalam forum energi regional, yakni 23rd ASEAN Forum on Coal (AFOC) Council Meeting yang diselenggarakan di Sentul, Bogor pada Rabu, 7 Mei 2025. Acara ini menjadi wadah strategis bagi negara-negara ASEAN dalam membahas arah pengembangan batu bara di tengah transformasi energi global.

Dokumen ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC) Phase II 2021–2025 dan ASEAN Energy Outlook ke-8 secara eksplisit menyebutkan bahwa batu bara masih akan memegang peran krusial dalam sistem energi kawasan hingga beberapa dekade ke depan. Namun, pemanfaatannya harus beriringan dengan komitmen mengurangi emisi karbon.

Fokus Pemerintah pada Transisi Energi Berkelanjutan

Indonesia menekankan pentingnya keseimbangan antara ketahanan energi dan keberlanjutan lingkungan. Batu bara diakui sebagai sumber energi yang masih sulit tergantikan dari segi ketersediaan, keterjangkauan, dan aksesibilitas. Oleh karena itu, pemerintah tidak serta-merta meninggalkan batu bara, tetapi mengubah pendekatannya melalui adopsi teknologi rendah karbon.

Langkah ini selaras dengan Deklarasi Penguatan Konektivitas Rantai Pasok Kawasan yang diadopsi oleh para pemimpin ASEAN pada Oktober 2024 di Vientiane, Laos. Deklarasi ini menekankan pentingnya transisi energi yang inklusif, berkelanjutan, dan tangguh di seluruh kawasan Asia Tenggara.

Pemerintah Indonesia telah menyusun strategi menyeluruh untuk mempercepat implementasi energi bersih di sektor batu bara. Fokus utamanya adalah mengembangkan dan mengadopsi teknologi bersih, termasuk clean coal technology yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Strategi Implementasi Teknologi Bersih Batu Bara

Untuk mengurangi dampak lingkungan dari pembangkit listrik tenaga batu bara, pemerintah mulai menerapkan berbagai teknologi seperti retrofit pembangkit eksisting, penggunaan biomassa sebagai bahan bakar pendamping (co-firing), pemanfaatan amonia hijau (NH₃) sebagai bahan bakar rendah karbon, hingga penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS).

Teknologi retrofit memungkinkan pembangkit batu bara lama untuk diperbarui dengan sistem yang lebih efisien dan rendah emisi. Co-firing dengan biomassa memberikan peluang bagi penggabungan energi terbarukan dalam sistem pembangkit yang sudah ada, sementara amonia hijau menjadi alternatif bahan bakar yang lebih bersih. CCS, di sisi lain, menjadi kunci dalam menangkap dan menyimpan emisi karbon hasil pembakaran batu bara agar tidak mencemari atmosfer.

Langkah-langkah tersebut menjadi fondasi penting dalam menyiapkan sistem energi nasional yang tetap mengandalkan batu bara namun lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Proyeksi Permintaan dan Bauran Energi Nasional

Berdasarkan proyeksi jangka panjang, permintaan batu bara nasional diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2036 dengan konsumsi sekitar 270 juta ton. Setelah itu, konsumsi akan menurun secara bertahap hingga sekitar 248 juta ton pada 2060, seiring dengan peningkatan porsi energi terbarukan dalam bauran nasional.

Hingga akhir 2025, bauran energi Indonesia masih akan didominasi oleh energi fosil sebesar 84%, sementara energi terbarukan menyumbang sekitar 15,9%. Namun, transformasi besar-besaran akan dilakukan hingga 2060, dengan target kontribusi energi terbarukan mencapai 73,6% dari total bauran energi nasional.

Target ambisius ini mencerminkan komitmen kuat pemerintah untuk mengalihkan ketergantungan dari energi fosil menuju sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Kerja Sama Internasional untuk Mendukung Transisi Energi

Pemerintah Indonesia menyadari bahwa keberhasilan transisi energi tidak bisa dicapai sendirian. Oleh karena itu, kolaborasi dengan mitra internasional menjadi sangat penting dalam mempercepat transfer teknologi, pendanaan, serta pengembangan kapasitas sumber daya manusia.

Sejumlah lembaga dan institusi internasional yang telah menjadi mitra strategis Indonesia dalam proyek-proyek teknologi bersih antara lain adalah Global CCS Institute, JCOAL (Japan Coal Energy Center), ERIA (Economic Research Institute for ASEAN and East Asia), Future Coal, dan CETERI. Kolaborasi ini fokus pada pengembangan teknologi bersih, penyusunan kebijakan energi, serta penguatan ekosistem investasi di sektor energi hijau.

Melalui kemitraan tersebut, Indonesia berharap dapat mempercepat adopsi teknologi batu bara bersih secara nasional dan regional, sekaligus membuka jalan bagi investasi hijau yang lebih besar di sektor energi.

Pembangunan Ekosistem Energi Hijau Nasional

Di tingkat domestik, pemerintah juga mendorong sinergi antara berbagai pemangku kepentingan seperti pelaku industri, akademisi, lembaga penelitian, hingga masyarakat sipil. Seluruh elemen bangsa diharapkan berperan aktif dalam mendukung keberhasilan transformasi energi ini.

Langkah-langkah yang sedang diambil oleh Kementerian ESDM bukan hanya untuk menjawab tantangan kebutuhan energi saat ini, tetapi juga menyiapkan pondasi bagi generasi mendatang untuk menikmati sistem energi yang tangguh, bersih, dan terjangkau.

Dengan pendekatan yang komprehensif dan inklusif, pemerintah yakin bahwa Indonesia dapat memainkan peran sentral dalam mewujudkan sistem energi rendah karbon di kawasan Asia Tenggara.

Indonesia memilih pendekatan strategis dalam menyikapi tantangan transisi energi global. Alih-alih menghentikan pemanfaatan batu bara secara drastis, pemerintah fokus pada pengembangan dan penerapan teknologi bersih untuk menjadikannya lebih ramah lingkungan. Melalui kebijakan terukur, dukungan internasional, dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia bertekad menjadi pionir dalam penggunaan batu bara bersih di ASEAN.

Langkah ini tidak hanya menunjukkan kepemimpinan Indonesia dalam sektor energi kawasan, tetapi juga mencerminkan komitmen jangka panjang terhadap keberlanjutan, ketahanan energi, dan pembangunan rendah karbon yang inklusif.

Terkini