Menu Makan Bergizi Gratis Jadi Sorotan: Dari Kentang Rebus hingga Pemesanan via Instagram

Rabu, 08 Oktober 2025 | 10:02:47 WIB
Menu Makan Bergizi Gratis Jadi Sorotan: Dari Kentang Rebus hingga Pemesanan via Instagram

JAKARTA - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Setelah sebelumnya ramai diberitakan karena dugaan kasus keracunan, kini program ini kembali mencuri perhatian karena menu-menu uniknya yang viral di media sosial. Dari kentang rebus hingga burger dan spageti, berbagai hidangan dalam program ini menuai beragam reaksi publik.

Salah satu yang ramai diperbincangkan datang dari Depok, Jawa Barat. Sebuah unggahan yang menunjukkan menu MBG di salah satu sekolah viral dan memancing komentar warganet. Dalam foto yang beredar, terlihat seporsi makanan berisi kentang rebus, potongan wortel, keripik pangsit, dan saus tomat. Menu ini diketahui didistribusikan ke UPTD SDN Mampang 1, Pancoran Mas, Depok, dan langsung menuai perhatian karena tampilannya yang tidak biasa.

Penjelasan dari Pihak Sekolah

Kepala Sekolah Iwan Setiawan menjelaskan bahwa program MBG di sekolahnya baru berjalan sekitar satu minggu. Ia mengatakan menu yang disajikan sebenarnya sudah dirancang agar tetap memenuhi kebutuhan gizi siswa, meskipun tampilannya tampak sederhana.

“Kebetulan hari ini karbonya nasinya diganti dengan kentang. Terus, ada gorengan (keripik pangsit), tapi di dalamnya itu ada telur juga, ada daging juga, ada tahu,” ujar Iwan Setiawan.

Ia menjelaskan bahwa sumber protein dalam menu tersebut disajikan dalam bentuk keripik pangsit isi daging cincang dan telur. Semua menu, kata Iwan, disiapkan oleh tim ahli gizi dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang memang memiliki standar tersendiri dalam menentukan hidangan MBG setiap harinya.

“SPPG itu kan punya ahli gizi dan standar tersendiri. Jadi kalau ada orang tua yang merasa tidak sesuai selera, itu lebih karena perbedaan selera saja, bukan soal gizinya,” jelas Iwan.

Ia juga menambahkan bahwa pihak sekolah selalu berkoordinasi dengan dapur penyedia MBG. Setiap menu yang akan dibagikan sudah melalui proses diskusi dengan SPPG sebelum disajikan kepada siswa.

“Hari ini, pihak SPPG juga datang langsung untuk klarifikasi. Jadi tidak bisa mengikuti selera semua orang tua, tapi masukan tetap kami sampaikan ke SPPG,” ujarnya.

Menurutnya, pihak sekolah kini meminta agar dapur SPPG memberikan informasi lebih awal mengenai menu yang akan disajikan setiap hari agar orang tua bisa mengetahui variasinya. “Masukan dari orang tua tentu penting, dan nanti bisa kami teruskan ke pihak dapur SPPG,” tambah Iwan.

Menu Unik Lainnya yang Sempat Viral

Fenomena menu MBG yang tak biasa ternyata bukan pertama kalinya terjadi. Sebelumnya, publik juga dibuat heboh dengan menu seperti burger, spageti, hingga potongan semangka tipis yang sempat viral di berbagai platform media sosial.

Burger dan spageti, misalnya, menjadi sorotan karena dianggap tidak mencerminkan makanan lokal. Banyak pihak menilai menu tersebut terlalu “barat” dan kurang mencerminkan kekayaan kuliner Nusantara yang juga bernilai gizi tinggi.

Namun, pihak BGN menegaskan bahwa penyajian burger dan spageti bukan bagian dari menu harian MBG. Menu tersebut disajikan sebagai bentuk variasi dan kreativitas, berdasarkan permintaan dari para siswa yang ingin mencoba makanan berbeda dari nasi.

“Spageti dan burger itu disajikan agar siswa tidak bosan. Tapi tetap, kandungan gizinya sudah dihitung sesuai standar,” jelas perwakilan BGN.

BGN juga menambahkan bahwa banyak siswa di wilayah-wilayah tertentu mengetahui menu tersebut dari media sosial, sehingga muncul keinginan untuk mencicipinya. Hal ini kemudian ditindaklanjuti oleh pihak SPPG setempat agar siswa tetap semangat mengikuti program makan bergizi.

Potongan Semangka Tipis Jadi Bahan Lelucon

Kasus lain yang juga viral adalah soal potongan semangka yang disebut terlalu tipis. Dalam sebuah video yang beredar luas pada akhir Agustus 2025, tampak seorang siswa laki-laki memegang potongan semangka yang sangat tipis dan memperlihatkannya ke kamera.

Video tersebut dengan cepat menyebar dan mengundang reaksi beragam. Banyak warganet menertawakannya, namun ada pula yang mempertanyakan bagaimana kualitas makanan dalam program MBG bisa seperti itu.

Potongan semangka tipis tersebut sempat dijadikan simbol kritik terhadap pengelolaan anggaran dan pelaksanaan program. Namun, beberapa pihak menjelaskan bahwa penyajian buah memang menyesuaikan jumlah porsi yang harus dibagikan ke seluruh siswa di sekolah.

Pilih Menu Lewat DM Instagram

Berbeda dari kasus sebelumnya, ada pula praktik menarik yang dilakukan oleh SPPG Cinere, Depok. Di wilayah ini, siswa justru diberi kesempatan untuk memilih menu MBG sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) melalui pesan langsung atau DM Instagram.

Kepala SPPG Cinere, Afif Maulana Rivai, mengatakan bahwa langkah ini diambil agar siswa bisa lebih terlibat dalam menentukan makanan yang mereka sukai, tanpa mengurangi nilai gizi yang sudah ditetapkan.

“Kita selalu memantau ke sekolah bersama ahli gizi dan puskesmas. Kita tanya ke siswa, kira-kira mereka sukanya apa. Setelah itu, ahli gizi menghitung komposisi gizinya,” kata Afif.

Menurut Afif, pihak SPPG juga menerapkan sistem evaluasi harian. Setiap hari, mereka membawa lembar formulir yang diisi oleh pihak sekolah untuk menilai menu yang disajikan.

“Sekolah wajib mengisi formulir tentang menu hari itu—rasanya seperti apa, aromanya, atau kalau ada kekurangan. Dari situ kita perbaiki,” jelasnya.

Langkah ini diapresiasi karena memberikan ruang bagi siswa dan sekolah untuk menyampaikan masukan langsung tanpa harus menunggu viral di media sosial.

Antara Harapan dan Tantangan

Program Makan Bergizi Gratis sejatinya dirancang untuk memastikan setiap anak sekolah mendapat asupan gizi yang cukup agar tumbuh sehat dan cerdas. Namun, di tengah tujuan baik itu, pelaksanaannya masih menghadapi tantangan, mulai dari standar penyajian hingga selera siswa yang beragam.

Meski begitu, berbagai klarifikasi dari pihak sekolah dan SPPG menunjukkan adanya upaya perbaikan berkelanjutan. Baik menu kentang rebus di Depok, burger dan spageti di sekolah lain, hingga cara unik memilih menu lewat media sosial—semuanya menjadi bagian dari proses adaptasi menuju penyelenggaraan program gizi yang lebih baik.

Dengan evaluasi yang terus dilakukan dan keterlibatan aktif dari orang tua serta siswa, diharapkan Program MBG tidak hanya menjadi topik viral, tetapi juga benar-benar membawa manfaat nyata bagi generasi penerus bangsa.

Terkini